
Suasana pagi di wilayah Premulung RT 02 RW 07, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta, hari ini terasa berbeda. Warga menyambut kedatangan Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani, yang memimpin langsung kegiatan pemantauan keluarga berisiko stunting. Kunjungan ini menjadi bagian dari program Kota Resik Stunting (KRS), sebuah inisiatif yang tak hanya berbasis data, tetapi juga berbasis empati dan kehadiran nyata pemerintah di tengah masyarakat.
Salah satu keluarga yang menjadi sasaran kunjungan adalah keluarga Bapak Mujiono, seorang buruh harian dengan penghasilan Rp1.000.000 per bulan. Ia tinggal bersama istri dan anaknya yang masih balita, Alvin Putra Ramadhan, di sebuah rumah sederhana berstatus menumpang. Alvin, yang baru berusia 24 bulan, tercatat dalam data Puskesmas Pajang mengalami kondisi gizi kurang. Meski lingkungan tempat tinggal mereka memiliki akses air bersih dan sanitasi yang layak, kondisi ekonomi keluarga menjadi tantangan besar dalam pemenuhan gizi optimal bagi sang anak.
Saat tiba di lokasi, Astrid Widayani disambut hangat oleh keluarga dan warga sekitar. Dalam kunjungan tersebut, beliau menyapa Alvin dengan lembut, duduk di lantai rumah, dan mengajak anak kecil itu bermain sejenak sambil menyuapi makanan tambahan yang diberikan sebagai bagian dari intervensi gizi. Momen sederhana ini meninggalkan kesan mendalam, tidak hanya bagi keluarga Alvin, tetapi juga bagi warga yang menyaksikan langsung kepedulian seorang pemimpin daerah yang hadir tanpa sekat.
“Kita tidak bisa membiarkan satu anak pun tertinggal dari haknya untuk tumbuh sehat dan cerdas,” ucap Astrid, sambil memeluk Alvin. “Apa yang kita lakukan hari ini bukan hanya tentang bantuan pangan atau data stunting, tapi tentang mendengarkan jeritan sunyi dari lorong-lorong rumah kecil seperti ini. Kita harus hadir dan menjawabnya.”
Data dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa Alvin telah mendapatkan layanan dari program DASAHT dan BabySPA (genting), dengan pemantauan selama 6 bulan ke depan. Program ini merupakan upaya kolaboratif lintas sektor, di mana Pemerintah Kota bekerja sama dengan OPD, Puskesmas, kader kesehatan, serta masyarakat untuk melakukan intervensi menyeluruh: mulai dari edukasi gizi, pemantauan pertumbuhan balita, hingga perbaikan lingkungan tempat tinggal.
Dalam kesempatan ini, Astrid juga berdialog dengan ibu-ibu di lingkungan sekitar, memberikan penyuluhan tentang pentingnya asupan protein hewani, pemantauan berat dan tinggi badan secara rutin, serta pola pengasuhan yang mendukung tumbuh kembang anak. Ia menekankan bahwa stunting bukan sekadar masalah kekurangan makanan, melainkan juga soal ketimpangan informasi, kemiskinan struktural, dan pola asuh yang perlu pendampingan.
Kunjungan ini turut dihadiri oleh Camat Laweyan, Lurah Sondakan, serta Kepala Puskesmas Pajang yang memberikan laporan kondisi lapangan secara langsung. Pemerintah berharap, melalui kegiatan ini, muncul kesadaran kolektif bahwa upaya pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan gerakan bersama yang dimulai dari keluarga dan lingkungan terdekat.
Astrid menutup kunjungan dengan pesan harapan, “Jika hari ini kita mampu menyelamatkan satu anak dari risiko stunting, maka kita sedang menyelamatkan satu masa depan. Kota ini akan menjadi kuat jika anak-anaknya tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia.”
Pemkot Surakarta terus berkomitmen menghadirkan kebijakan berbasis keberpihakan terhadap kelompok rentan, dan kegiatan pemantauan keluarga risiko stunting ini menjadi bukti nyata bahwa kehadiran negara bisa dirasakan hingga sudut-sudut rumah warga.